Minggu, 01 Januari 2012

BAB I
PENDAHULUAN


Latar belakang
Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin Curcuma longa Koen atau Curcuma domestica Val. Kunyit ini dikenal luas di Indonesia sebagai bahan pewarna dan penyedap makanan, rimpangnya sudah sejak dulu dipakai untuk mewarnai kapas, wol, sutera, tikar, dan barang-barang kerajinan lainnya. Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini (kebanyakan berupa kurkumin) menjadi pusat perhatian para peneliti yangmempelajari keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek pencegahkanker, ditambah kemampuannya menurunkan resiko serangan jantung (Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli, 2009).
Kunyit mempunyai banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta turmeron), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50–60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar.
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yaitu minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Akar kunyit juga mengandung pati getah yang terdiri dari kurkumin (zat berwarna kuning) turmeron, zingibern, turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi pada kunyit) lemak, pati dan damar (Agusta, 2000). Kunyit juga dapat digunakan sebagai anti bakteri, biasanya dapat digunakan sebagai pengawet makanan pengganti formalin, untuk memperpanjang masa simpan dari makanan tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan pada ayat berikut
        
Artinya: Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (Q.S. At-Taubah: 70).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa penyebab berbagai penyakit di dunia ini sebenarnya bukan disebabkan oleh Allah. Akan tetapi manusia sendirilah yang telah berbuat aniaya terhadap diri atau saudara mereka sendiri sehingga menyebabkan kebinasaan bagi manusia. Sebagaimana diketahui formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Menurut (Mudjajanto, 2005) jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang mengakibatkan keracunan pada tubuh.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis menjadi penasaran seperti apa struktur kurkumin dan bagaimana cara mengisolasi kurkumin itu dari sebuah kunyit (Curcuma domestica) begitu juga sifat-sifat dari kurkumin itu sendiri.

Perumusan masalah
Apa saja senyawa yang terkandung di dalam kunyit?
Berapa nilai Rf dan λmax yang didapat dari proses isolasi?

Tujuan
Mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung di dalam kunyit.
Mengetahui nilai Rf dan λmax kurkumin hasil isolasi.



Batasan Masalah
Kunyit yang digunakan harus dalam keadaan kering.
Ekstraksi soxhlet dilakukan sebanyak 5 kali siklus.
Eluen yang digunakan pada KLT adalah campuran tanol, toluen, dan kloroform.
Spektrofotometer UV-Vis yang digunakan adalah spektrofotometer varian cary 50.

Manfaat
Kurkumin dapat digunakan sebagai pewarna makanan.
Kurkumin dapat mencegah kerusakan hati dan sebagai bahan antioksidan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian kurkumin
Curcuma longa Auct. dikenal dengan nama daerah Kunyit (Melayu), Kunyet (Aceh), Kuning (Gayo), Hunik (Batak), Undre (Nias), Kakunye (Enggano), Kunyir (Lampung), Kunyir, Koneng (Sunda), Kunir, Kunir bentis,Temu kuning (Jawa). Nama lain (sinonim) adalah Curcuma domestica Rumph. Kunyit termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma Domestica Valet

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainnya. Kandungan Zat, kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %, Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1-5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).
Kurkuminoid adalah kelompok senyawaan fenolik yang terkandung dalam rimpang tanaman famili zingikeraceae antara lain: Curcuma longa syn, Curcuma domestica (kunyit) dan Curcuma xanthorhoza (temulawak). Kurkuminoid bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi berbagai penyakit. Kandungan utama dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning. Kandungan kurkumin di dalam kunyit berkisar antara 3-4% (Singh, Wahajuddin* and Jain G. K., 2010).
Kurkumin (C2H20O6) atau diferuloyl methane pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan pada tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Gómez-estaca J., m.p. Balaguer, r. Gavara, p. Hernández-muñoz, 2010):
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut :
Berat molekul : 368,37 (C = 68,47%: H = 5,47%: O = 26,06%)
Warna : light yellow
Melting point : 183oC
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air
Rumus bangun kurkumin adalah sebagai berikut :

Aktivitas antibakteri dari kunyit oil dari fraksinya yang dilarutkan ethyl asetat 5% dan hexane dengan metode pour plate dapat menghambat pertumbuhan Bacillus cereus, Bacillus coagulans, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Pseudomonas aeruginosa. gunakan ethyl asetat 5%. Dimana senyawa yang paling banyak terkandung adalah ar-Turmerone, turmerone, dan curlone (Wahyuni, Hardjono,dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav, 2004).

2.1.2 Macam-macam Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009). Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat kepolarannya. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna (Ansel, 1989). Metode-metode ekstraksi yang sering digunakan diantaranya :
2.1.2.1 Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda antara 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolute. Semakin besar perbandingan cairan pengekstraksi terhadap simplisia, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1995).
2.1.2.2 Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari simplisia karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voigt, 1995).
2.1.2.3 Soxhletasi
Soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet. Cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring, atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat, atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Karena adanya sifon maka setelah cairan mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu (Anonim, 1986).
2.1.3 Macam-macam Kromatografi
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer) (Yoshito, 2009).
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti ditunjukkan di Tabel 1.1
Tabel 1.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria Nama
Fasa mobil Kromatografi cair, kromatografi gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
Mekanisme Kromatografi pertukaran ion
kromatografi gel
Fasa stationer Kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas

Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.
2.1.3.1 Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi adsorpsi didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa nonpolar dan konstituen-konstituen yang sulit menguap. Pada kromatografi cair-padat; suatu substrat padat bertindak sebagai fase diam. Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka di antara butiran-butiran fase diam dan fase cair yang bergerak serta pada kelarutan relatif zat terlarut pada fase bergeraknya (Khopkar, 2003).
2.1.3.2 Kromatografi Partisi Cair-Cair
Dalam kromatografi partisi cair-cair, suatu pemisahan dipengaruhi oleh distribusi sampel antara fase cair diam dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran. Jika suatu zat terlarut dikocok dalam sistem 2 pelarut yang tidak bercampur (melarutkan) maka zat terlarut akan terdistribusi di antara kedua fase dan jika kesetimbangan tercapai, maka koefisien partisinya (Kd) (Khopkar, 2003):
Kd = (konsentrasi zat terlarut pada pelarut A)/(konsentrasi zat terlarut pada pelarut B)
2.1.3.2.1 Kromatografi Kertas
Pada tahun 1944, Consden, Gordon dan Martin memperkenalkan teknik dengan menggunakan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap di antara struktur pori kertas. Sampel sebanyak lebih kurang 1 µl disepositkan pada kertas saring dan akan mengalir bersama sistem pelarut. Meskipun zat yang ter-recovery tidak betul-betul murni, dia dimanfaatkan juga untuk uji kualitatif dan kuantitatif. Keterbatasan metode ini adalah waktu yang relatif lama dan resolusinya yang rendah (Khopkar, 2003).
2.1.3.2.2 Kromatografi Lapis Tipis
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar, 2003).
2.1.3.3 Kromatografi Gas
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penentu zat padat penyerap. Ide untuk memfraksionasikan gas-gas dengan menginteraksikannya terhadap suatu zat padat atau cairan tidak bergerak melalui suatu aksi selektif terhadap suatu komponen tertentu, pertama kali disarankan pada tahun 1941 (Khopkar, 2003).
2.1.3.4 Kromatografi Cair Berkemampuan Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi atau high performance liquid chromatography (HPLC) berbeda dari kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran partikel penunjang 50 µm; sedangkan laju aliran dipertinggi dengan tekanan yang tinggi. Kromatografi HPLC lebih bermanfaat untuk isolasi zat tidak mudah menguap, demikian juga zat yang secara termal tidak stabil. Tetapi ditinjau dari kecepatan dan kesederhanaan, GC lebih baik. Kedua teknik ini komplementer satu sama lain, keduanya efisien, sangat selektif hanya memerlukan sampel berjumlah sedikit serta keduanya dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Khopkar, 2003).
2.1.3.5 Kromatografi Eksklusi
Filtrasi gel adalah suatu teknik yang menguraikan campuran zat-zat sesuai ukuran molekulnya. Teknik ini didasari atas inklusi dan eksklusi suatu zat terlarut melalui suatu fase diam yang terbuat dari gel polimer yang berikat silang dan berpori heterogen. Dalam kromatografi elusi cair-padat pemisahan terjadi antara fase cair di dalam partikel gel dan cairan di luar yang mengelilingi partikel gel. Akibat mekanisme perbedaan laju permeasi masing-masing molekul zat terlarut dari dan ke interior partikel gel, pemisahan akan terjadi (Khopkar, 2003).
2.1.4 Sentrifugasi
Campuran heterogen terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat jenis berdekatan sulit dipisahkan. Membiarkan senyawa tersebut terendapkan karena adanya grafitasi berjalan sangat lambat. Beberapa campuran senyawa yang memiliki sifat seperti ini adalah koloid, seperti emulsi.
Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran ini adalah teknik sentrifugasi, yaitu metode yang digunakan dalam untuk mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi pada partikel-partikelnya (Zulfikar, 2011).
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan (Gambar 1.2).




Gambar 1.2. Pengendapan dengan teknik sentrifugasi
2.1.5 Spektrofometer UV-Vis
Spektroskopi UV-Vis merupakan teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Contoh : Analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.



2.1.6 Prediksi Spektra dari ChemBio3D Ultra
2.1.6.1 Hasil prediksi spektra 13C NMR kurkumin menggunakan ChemBio3D Ultra 11.0

2.1.6.2 Hasil prediksi spektra IR kurkumin menggunakan ChemBio3D Ultra 11.0






2.1.6.3 Hasil prediksi spektra UV Vis dari kurkumin menggunakan ChemBio3D Ultra 11.0






Hasil Literatur Penelitian Sebelumnya
Hasil Literatur Penelitian untuk FTIR

















Hasil Literatur Penelitian untuk UV-Vis

2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Etanol
Senyawa alkohol yang mempunyai rumus kimia C2H5OH; zat cair jernih tak-berwarna, berbau khas, mudah terbakar, dan midah bercumpur dengan air. Digunakan sebagai antiseptik (alkohol 70%), bahan minuman keras (bir, arak wishky), dan sebagai bahan bakar, sebagai bahan mentah dalam beberapa industri kimia. T.l. -117,3oC; t.d. 78,5oC; d 0,789 (Mulyono, 2008).
2.2.2 Kloroform (triklorometana)
Salah satu senyawa haloform yang mempunyai rumus kimia CHCl3; zat cair mudah menguap, sukar terbakar (tetapi uapnya mudah), tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter; uapnya bersifat membius; dan bila terkena udara dan cahaya dapat membentuk gas fosgen yang beracun. Kloroform digunakan untuk pembuatan senyawa fluoro-karbbon, sebagai pelarut (cat), dan sebagai anastetik. T.l. -63,5oC; t.d. 61,7oC; d 1,483 (Mulyono, 2008).
2.2.3 Kunyit
Kunyit (C. domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat warna alami. Berdasarkan hasil survei tahun 2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan jumlahnya yang diserap oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama dengan bahan baku obat lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, rematik. Kandungan utama dalam rimpang kunyit yaitu minyak atsiri (ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol), kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kuning (kurkuminoid) pada kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak (Mishra, Parashuram, 2009).
2.2.4 Toluen
Senyawa aromatik (turunan benzen) dengan rumus kimi C6H5CH3; zat cair tak-berwarna dan mudah terbakar. Diperoleh dari pengolahan minyak bumi; digunakan untuk bahan bakar pesawat terbang, untuk pembuatan fenol, dan sebagai pelarut cat dan resin. T.l. -94oC; t.d. 111oC; d 0,9 (Mulyono, 2008).
2.2.5 Aquades
Cairan tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa dengan minus molekul H2O dan bersifat polar sehingga merupakan pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat, molekul air terikat oleh ikatan hidrogen satu sama lain mempunyai titik beku 0oC dan titik didih 100oC (Eramedia, 2008).



2.3 Tinjauan Alat
2.3.1 Soxhlet
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Soxhlet terdiri dari: pengaduk / granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling), Bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, Syphon arm inlet, Syphon arm outlet, Expansion adapter, Condenser (pendingin), Cooling water in, Cooling water out.
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat.
Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
2.3.2 Spektrofotometer UV Vis
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422oC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.
Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
2.3.3 Sentrifugasi
Sentrifus adalah suatu peralatan yang biasa digunakan dalam pemisahan organel-organel yang dijalankan oleh rotor. Prinsip kerja sentrifus adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar sedangkan substansi yang ringan akan berada di atas (Underwood, 1998).
Prinsip dasar sentrifugasi adalah partikel yang tersuspensi akan mengendap ke dasar karena pengaruh gravitasi. Ada beberapa macam prinsip sentrifugasi yang didasarkan pada massa, ukuran, panjang partikel, dan densitas partikel (Hendra, 1989).
Ada empat jenis sentrifus yaitu tabletop/clinical/desktop centrifuge or microsentrifuge, highspeed centrifuge,cooling sentrifuge, dan ultra sentrifuge. Sentrifus yang sederhana telah digunakan dalam biologi dan biokimia untuk mengisolasi dan memisahkan biomolekul, organel-organel sel, atau sel secara keseluruhan (Rickwood, 1984).
2.3.4 Rotary evaporator
Rotary Evaporator atau Rotary Vacuum Evaporator merupakan alat yang menggunakan prinsip vakum distilasi. Prinsip utama alat ini terletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu di bawah titik didihnya. Rotary Evaporator lebih disukai karena mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi (Blog Kita, 28 April 2009).
Banyak cairan organik yang tidak dapat didistilasi pada tekanan atmosfer karena temperatur yang diperlukan untuk berlangsungnya distilasi dapat menyebabkan senyawa terdekomposisi (biasanya terjadi pada senyawa bertitik didih lebih dari 200oC) (Blog Kita, 28 April 2009).
Contohnya, senyawa dengan titik didih 100oC pada 750 mmHg akan turun menjadi 70oC pada 20 mmHg (Blog Kita, 28 April 2009).

BAB III
METODOLOGI


3.1 Pelaksanaan Penelitian
Praktikum ini dilaksanakan pada 05 April 2011 sampai 12 April 2011 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet (razor blade), pensil (pencil), penggaris (rule), oven (oven), neraca analitik (the analitical balance), ekstraktor soxhlet (the set of extractor soxhlet), gelas kimia (glass beaker), pipet ukur (graduate pipette), pipet tetes (pipette drops), bola hisap (ball sucking), kuvet (kuvet), tabung reaksi (test tube), kertas saring (filter paper), aluminium foil (aluminum voil), rotari evaporator (rotary evaporator), desikator (desiccator), bejana pengembang (chammber), pipa kapiler (capiler tube), sentrifigasi (sentrifuge), dan spektrofotometer UV Vis (spectrofotometer UV-Vis).
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah kunyit, aquades, etanol 96%, kloroform, toluen, kertas saring, plat KLT silika gel 60 F254, batu didih dan es batu.
3.3 Tahapan Percobaan
3.3.1 Persiapan Sampel
Kunyit dicuci sampai bersih dengan air, ditiriskan lalu dipotong tipis kecil-kecil. Kemudian dioven sampai kering dengan suhu 70oC. Potongan kunyit lalu dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring. Timbel yang telah berisi kunyit kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam ekstraktor soxhlet. Labu alas bulat pada ekstraktor lalu diisi dengan etanol 96% sampai 2/3 volume labu. Ekstraktor soxhlet lalu dirangkai dan dilakukan proses ekstraksi hingga 5-6 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator hingga volume ekstrak tersisa sekitar 15 ml. Kemudian ekstrak dimasukkan dalam desikator.
3.3.2 Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT
Plat KLT dipotong dengan ukuran 5 x 10 cm lalu ditandai dengan pensil 1,5 cm dari batas bawah dan 0,5 cm dari batas atas. Disiapkan bejana pengembang yang berisi eluen campuran kloroform : toluen : etanol 96% (4,5 : 4,5 : 1). Ekstrak hasil ekstraksi ditotolkan pada garis batas bawah plat KLT kemudian dimasukkan dalam bejana pengembang. Hasil KLT diambil setelah spot terelusi sampai batas atas plat KLT lalu dikeringkan di udara. Diukur nilai Rf dari masing-masing spot hasil pemisahan lalu spot dikerok. Proses KLT dilakukan 3 kali lalu hasil kerokan untuk tiap spot yang mempunyai nilai Rf sama, digabungkan dan dilarutkan dalam etanol, lalu disentrifugasi dan diambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis dan sebagian yang lain diuapkan pelarutnya lalu kristal kurkuminoid ditentukan titik leburnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


No. Perlakuan Data Pengamatan
A. Persiapan Sampel
1. Dicuci kunyit sampai bersih Agar bersih dan tidak tercampur dengan pengotornya
2. Dikupas Agar bersih dan untuk memperluas permukaan kunyit
3. Diiris tipis-tipis Untuk memperluas permukaan
Agar mendapat ekstrak yang lebih banyak
4. Dioven selama ± 1 jam Agar kunyit kering dan tidak mengandung kadar air berlebih
5. Ditimbang dengan neraca analitik Agar mendapat hasil yang valid karena merupakan uji kuantitatif
Massa = 19,526 gram
6. Dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring Agar ekstrak dapat terpisah antara ekstrak dengan ampasnya
7. Diekstrak dengan ekstraktor soxhlet Untuk mendapat ekstrak kurkumin pada kunyit
8. Diuapkan dengan rotary evaporator Warna merah bata menjadi agak pudar
Untuk memisahkan ekstrak dengan pelarutnya (etanol)
9. Didiamkan dalam desikator Terbentuk dua lapisan
Untuk menyerap sisa-sisa pelarut pada ekstrak kurkumin
4.1 Data Pengamatan



B. Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT
Plat KLT Sebagai fase diamnya
1. Plat dipotong ukuran 5 x 10 cm Sebagai media untuk KLT Untuk menghemat plat
Plat untuk ekstrak cair 3 plat
Plat untuk ekstrak padat 3 plat
2. Ditandai dengan pensil 1,5 cm dari batas bawah 0,5 cm dari batas atas Agar mempermudah kita dalam pengamatan
Bejana pengembang Sebagai fase geraknya
3. Dipipet kloroform 4,5 ml
4. Dipipet toluen 4,5 ml
5. Dipipet etanol 20 tetes = 1 ml
6. Dicampur Sampai homogen (jenuh)
Agar dapat mengelusi eluen
Waktu yang dibutuhkan untuk menjenuhkan ± 1 jam
Perlakuan
7. Ditotolkan ekstrak kurkumin pada garis bawah plat KLT 4 kali totolan
Agar diperoleh ekstrak maksimal
8. Plat dimasukkan dalam bejana pengembang Untuk mengelusi eluen dalam fase diam (plat KLT)
9. Diambil setelah spot terelusi sampai batas atas plat KLT Eluen sudah tidak menunjukkan tanda kalau mengalami kenaikan eluen
Elusi sudah selesai
10. Dikeringkan di udara Untuk mempermudah dalam pengerokan spot
11. Diukur nilai Rf masing-masing spot Nilai terlampir pada lampiran
12. Ketiga spot dikerok Untuk diambil hasil elusi yaitu berupa eluen
13. Digabungkan dalam tabung reaksi kecil Untuk mendapat eluen yang maksimal
Dimasukkan dalam tabung reaksi kecil untuk mempermudah dalam pengerjaan selanjutnya
14. Dilarutkan dalam etanol Untuk melarutkan kurkumin hasil elusi
Eluen larut
15. Disentrifugasi Untuk mengendapkan pengotor yang masih berupa padatan
Padatan di bawah dan didapat cairan kekuningan
2000 rpm dalam 6 menit
16. Diamati dengan spektrofotometer UV-Vis Untuk mengetahui kurkumin yang terkandung dan senyawa lain juga pada praktikum kami
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Kunyit (curcuma domestic) termasuk salah satu rempah yang telah luas penggunaannya di masyarakat sebagai bumbu masakan dan bahan obat tradisional. Dalam rimpang kunyit kering mengandung kurkuminoid sekitar 10% yang terdiri dari kurkumin (1-5%) dan sisanya dimetoksi kurkumin dan bis-metoksi kurkumin. Disamping itu juga mengandung minyak atsiri (1-3%), lemak (3%), karbohidrat (30%), protein (8%), pati (45-55%) dan sisanya terdiri dari vitamin C, garam-garam mineral seperti zat besi, fosfor dan kalsium.
Kurkumin meruakan senyawa aktif golongan polifenol yang ditemukan pada kunyit. Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cair. Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, berikut struktur dari kurkumin :

Langkah-langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan ekstrak kurkumin diantaranya sebagai berikut :
4.2.1 Persiapan Sampel
Pada persiapan sampel ini kami yang kami lakukan yang pertama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian kunyit dicuci sampai bersih, setelah itu kunyit dikupas untuk dipisahkan dengan kulitnya agar mempermudah kita untuk mendapatkan ekstrak kunyit, karena pada kunyit yang paling banyak mengandung kurkumin yaitu pada daging kunyit yang berwarna orange. Untuk mengupasnya menggunakan silet yang masih baru agar tidak terkontaminasi dengan pengotor, apabila silet yang sudah dipakai untuk memotong yang lain ditakutkan pada waktu kita memotong kunyit, kunyit akan terkontaminasi misalnya karat yang akan merusak struktur dari kurkumin. Selanjutnya setelah dipotong tipis-tipis dan kecil-kecil yang bertujuan untuk memperluas permukaan kunyit agar diperoleh ekstrak kunyit lebih banyak, dikeringkan di dalam oven pada suhu 70oC agar kunyit tidak mengandung kadar air terlalu banyak. Setelah kering kunyit ditimbang dengan neraca analitik agar nilai yang diperoleh valid karena penimbangan yang kami lakukan merupakan uji kuantitatif. Diperoleh berat kunyit seberat 19,526 gram. Setelah ditimbang kunyit dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring untuk memisahkan ekstrak kunyit dengan ampasnya pada waktu ekstraksi, ekstraksi yang kami gunakan merupakan ekstraksi soxhlet. Menggunakan metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan ekstrak yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas. Kemudian labu alas bulat pada ekstraktor soxhlet diisi dengan etanol 96% sampai 2/3 volume labu, etanol 96% digunakan sebagi pelarut kunyit karena sifat dari ektraknya merupakan nonpolar sedangkan etanol sifatnya semi polar seperti pada pernyataan like of dislike dimana larutan yang nonpolar dapat dilarutkan dengan pelarut nonpolar begitu juga sebaliknya. Untuk metode ekstraksi soxhlet ini kita harus pintar-pintar memilih pelarut, yang harus kita perhatikan diantaranya masalah titik didihnya, apabila titik didih pelarut besar maka akan dibutuhkan waktu yang lama untuk mengekstrak suatu larutan. Pada etanol 96% ini titik didihnya sekitar 75oC, maka pada waktu dilakukan ekstraksi pemanasannya harus diantara 75oC atau mendekati suhu tersebut. Sedangkan titik didih kurkumin sekitar 70oC. Pada labu alas bulat juga dimasukkan batu didih bertujuan untuk meratakan pemanasan dan agar pelarut lebih cepat panas dan merata dalam pemanasan. Kemudian rangkaian soxhlet dirangkai. Setelah itu, larutan dipanaskan dengan suhu 70oC agar kurkumin yang kita hasilkan tidak rusak strukturnya dan agar diperoleh lebih cepat pada waktu pemanasan, hubungannya dengan pemanasan cepat karena pelarut yang digunakan etanol dengan titik didih sekitar 70-75oC. Ekstraksi soxhlet ini dilakukan sampai ±8 sirkulasi untuk mendapatkan ekstrak yang pekat lebih dari 8 sirkulasi tidak apa-apa asalkan ekstrak sudah pekat dengan perubahan warna menjadi pucat (dari orange menjadi agak coklat). Hasil dari ekstraksi merupakan senyawa kurkuminoid. Dilihat dari mekanisme reaksinya antara kurkumin dengan etanol dapat dilihat sebagai berikut :















Dimana O pada etanol menyerang H alfa pada kurkumin yang terletak antara gugus keton, selanjutnya C yang ditinggal H menjadi karbanion, karbanion itu memberikan muatannya kepada ikatan yang ada disampingnya sehingga ikatan rangkap pada O memberikan ikatannya pada O sehingga muatan O menjadi negatif, selanjutnya O yang karbanion tersebut menyerang H pada etanol yang kelebihan H (karbokation) sehingga O yang karbanion tadi mengikat H menjadi OH, H pada OH yang dihasilkan tadi menjadi tarik menarik antara O yang ada disebelahnya sehingga namanya enol-.sedangkan keto- merupakan struktur awal dari kurkumin yang mana kurkumin itu mengandung gugus keton.
Selanjutnya dilakukan penguapan pada ekstrak dengan rotary evaporator agar pelarut yang ada pada ekstrak dapat diuapkan. Sehingga akan diperoleh ekstrak kurkuminoid. Prinsip kerja dari rotary sendiri yaitu penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu di bawah titik didihnya. Rotary Evaporator lebih disukai karena mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Kemudian dirasa pelarut sudah tidak ada langkah selanjutnya ekstrak yang diperoleh dimasukkan dalam wadah dan dimasukkan dalam desikator yang bertujuan untuk menyerap sisa air yang ada pada ekstrak, ditunggu sampai ekstrak pekat ±1 hari.
4.2.2 Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT
Setelah ekstrak pekat, dilakukan pemisahan menggunakan metode kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk diperoleh eluen yang berupa kurkumin. Prinsip kerja dari kromatografi KLT itu sendiri yaitu memisahkan suatu senyawa dalam suatu campuran berdasarkan distribusi senyawa tersebut terhadap fase diam dan fase geraknya (eluen). Langkahnya yaitu plat dipotong dengan ukuran 2,5 x 10 cm sebanyak 6 plat (3 untuk ekstrak cair dan 3 untuk ekstrak pekat) diberi tanda pada batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm. Setelah itu, ekstrak ditotolkan pada plat KLT di garis tengah batas bawah menggunakan pipa kapiler sebanyak 4 kali agar diperoleh eluen yang maksimal lebih dari 4 hasil yang diperoleh akan lebih bagus. Setelah ditotolkan plat dimasukkan dalam bejana pengembang untuk dilakukan proses elusi yang akan memisahkan senyawa kurkumin. Bejana pengembang dibuat dari campuran kloroform : toluen : etanol96% (4,5 : 4,5 : 1) untuk keterangan bahwa 20 tetes itu = 1 ml. Setelah larutan itu dicampur dibiarkan sampai jenuh kejenuhannya ditandai dengan tidak terbentuknya embun pada dinding bejana atau larutan sudah berhenti bereaksi, tujuan untuk dijenuhkan agar hasil yang kami peroleh maksimal dalam proses pemisahannya ±60 menit, campuran ini dimaksudkan untuk mencari tingkat kepolaran yang tepat untuk memisahkan senyawa kurkuminoid yang kita isolasi. Plat dimasukkan dalam bejana pengembang dalam posisi batas bawah dibagian bawah diletakkan tegak. Setelah proses elusi selesai plat diambil dan dikeringkan. Diukur nilai Rf masing-masing spot, diperoleh nilai Rf masing-masing dari spot menggunakan rumus sebagai berikut :

Rf = (Jarak yang ditempuh sampel)/(Jarak yang ditempuh pelarut)
Diperoleh nilai Rf masing-masing untuk spot 1 ekstrak pekat 0,411; 0,214; 0,107, untuk spot 2 ekstrak pekat 0,456; 0,263; 0,140, untuk spot 3 ekstrak pekat 0,441; 0,237; 0,119, untuk spot 1 ekstrak cair 0,357; 0,179; 0,09, untuk spot 2 ekstrak cair 0,4; 0,2; 0,08, untuk spot 3 ekstrak cair 0,417; 0,208; 0,083. Kemudian spot dikerok untuk dipisahkan dengan plat KLT untuk mempermudah dalam perlakuan selanjutnya.
Dimasukkan dalam tabung reaksi kecil untuk tiap spot, kemudian dilarutkan dengan etanol 96% untuk melarutkan ekstrak kurkumin. Setelah itu, dilakukan proses sentrifugasi untuk memisahkan antara ekstrak dengan pengotor yang berupa padatan. Prinsip kerja dari sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar sedangkan substansi yang ringan akan berada di atas. Pada waktu sentrifugasi diperlukan 2000 rpm untuk memutar dalam 6 menit.
Dilakukan uji dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mengidentifikasi senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak yang kami peroleh. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis sendiri yaitu menyerap cahaya dari sampel yang berwarna apabila sampel tidak berwarna (bening) spektrofotometer UV-Vis tidak akan memunculkan spektra biasanya senyawa yang memiliki warna merupakan senyawa kompleks, untuk menyinari sampel dalam spektrofotometer UV-Vis menggunakan lampu Tungsten, karena Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422oC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode spektrofotometer UV-Vis yaitu ekstrak yang sudah disentrifugasi tadi dimasukkan dalam kuvet untuk dilakukan pengukuran panjang gelombang pada ekstrak dengan spektrofotometer UV-Vis dengan etanol 96% sebagai blankonya, menggunakan blanko etanol 96% karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak menggunakan etanol 96%, syarat dari blanko yaitu pelarut yang digunakan untuk melarutkan larutan tersebut. Kemudian diperoleh hasil spektra sebagai berikut :
Curcumin sampel spot 3







Scan Analysis Report
Report Time : Mon 11 Apr 11:23:59 PM 2011
Batch: D:\Praktikum Kimia Orlan 2010-2011\Kimia B\Kelompok 3-Curcumin & Derivatnya.DSW
Software version: 3.00(339)
Operator: Rika
Sample Name: Atas
Collection Time 4/11/2011 11:26:03 PM
Peak Table
Peak Style Peaks
Peak Threshold 0.0100
Range 500.0nm to 300.0nm Wavelength (nm) Abs
________________________________
310.1 0.991
Curcumin sampel spot 2







Scan Analysis Report
Report Time : Mon 11 Apr 11:29:10 PM 2011
Batch: D:\Praktikum Kimia Orlan 2010-2011\Kimia B\Kelompok 3-Curcumin & Derivatnya (Tengah).DSW
Software version: 3.00(339)
Operator: Rika
Sample Name: Tengah
Collection Time 4/11/2011 11:30:03 PM
Peak Table
Peak Style Peaks
Peak Threshold 0.0100
Range 500.0nm to 300.0nm
Wavelength (nm) Abs
________________________________
310.1 1.036



Curcumin sampel spot 1







Scan Analysis Report
Report Time : Mon 11 Apr 11:31:46 PM 2011
Batch: D:\Praktikum Kimia Orlan 2010-2011\Kimia B\Kelompok 3-Curcumin & Derivatnya (Bawah).DSW
Software version: 3.00(339)
Operator: Rika
Sample Name: Bawah
Collection Time 4/11/2011 11:33:50 PM
Peak Table
Peak Style Peaks
Peak Threshold 0.0100
Range 500.0nm to 300.0nm
Wavelength (nm) Abs
________________________________
303.0 0.715
Setelah diketahui panjang gelombang dan absorbansi dari tiap spot, yaitu masing-masing nilainya spot 1 λmak = 414,2 nm dan absorbansinya = 0,0861 nm; spot 2 λmak = 412,8 nm dan absorbansinya 0,0644; spot 3 λmak = 418,1 nm dan absorbansinya 0,0683. Selanjunya kita menentukan termasuk senyawa kurkumin apa yang ada pada ekstrak yang kami buat tersebut, menurut literatur λmak dari kurkumin sebesar 426 nm, kemudian λmak = 421 nm untuk turunan dari kurkumin yaitu demetoksikurkumin dan λmak = 417 nm untuk bisdemetoksikurkumin. Dari hasil yang kami peroleh dari λmak antara 412-418 nm merupakan senyawa kurkumin bisdemetoksikurkumin karena rentang λmak nya mendekati senyawa turunan kurkumin yaitu bisdemetoksikurkumin.
Adanya pergeseran gelombang ini dikarenakan pada efek pelarut, karena pada praktikum ini kami menggunakan pelarut etanol, strukturnya sebagai berikut :


Dan bersifat polar pada pelarut ini, terdapat transisi n → π* karena pada atom O memiliki 2 PEB. Kebanyakan molekul-molekul yang menunjukkan transisi n → π*, keadaan dasarnya lebiih polar daripada keadaan transisinya. Secara khusus, pelarut-pelarut yang berikatan hidrogen akan berinteraksi secara kuat dengan pasangan elektron yang tidak berpasangan pada molekul dalam keadaan dasar dibandingkan pada molekul dalam keadaan tereksitasi. Sehingga transisi n → π* akan mempunyai energi lebih besar sehingga panjang gelombang transisi ini akan digeser ke panjang gelombang yang lebih pendek dibandingkan panjang gelombang yang semula. Dari percobaan kami menurut literatur λmak untuk kurkumin adalah 426 nm menjadi 418 nm dari hasil yang kami peroleh pada praktikum ini. Pergeseran panjang gelombang ini disebabkan oleh kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dan menyebabkan polarisasi dari pelarut meningkat. Perbedaan tingkat energi dasar dengan energi tereksitasi pada transisi n → π* dapat digambarkan sebagai berikut :
π*
π*

n
n
π
π

pelarut nonpolar pelarut polar
Pergeseran dari panjang gelombang yang lebih pendek dari panjang gelombang semula disebut dengan pergeseran hipsokromik atau pergeseran biru.
Langkah yang terakhir yaitu uji titik lebur, dengan cara ekstrak dikristalkan dengan dipanaskan di dalam oven dengan suhu 70oC. Namun dalam uji ini tidak diperoleh kristal kurkumin. Mungkin dikarenakan ekstrak yang kami peroleh terlalu sedikit sehingga ekstrak tidak kelihatan atau mungkin pada saat dilakukan beberapa uji yang awal ekstrak kurkumin sudah menguap. Sedangkan titik lebur dari kurkumin sendiri yaitu sekitar 174-183oC dari literatur. 
BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa : senyawa yang terkandung dalam kunyit merupakan senyawa kurkumin. Kurkumin merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp dan kurkumin telah diketahui memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan ditentukan oleh gugus hidroksi aromatik terminal, gugus β diketon dan ikatan rangkap telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan antimutagenik. Berikut merupakan struktur dari kurkumin :

Dari proses KLT juga diperoleh nilai Rf masing-masing eluen, diantaranya sebagai berikut :
Rf = (Jarak tempuh sampel)/(Jarak tempuh pelarut)
Ekstrak pekat

Plat KLT 1
Spot 3 Rf = 0,411
Spot 2 Rf = 0,214
Spot 1 Rf = 0,107

Plat KLT 2
Spot 3 Rf = 0,456
Spot 2 Rf = 0,263
Spot 1 Rf = 0,140

Plat KLT 3
Spot 3 Rf = 0,441
Spot 2 Rf = 0,237
Spot 1 Rf = 0,119

Ekstrak cair
Plat KLT 1
Spot 3 Rf = 0,357
Spot 2 Rf = 0,179
Spot 1 Rf = 0,09

Plat KLT 2
Spot 3 Rf = 0,4
Spot 2 Rf = 0,2
Spot 1 Rf = 0,08

Plat KLT 3
Spot 3 Rf = 0,417
Spot 2 Rf = 0,208
Spot 1 Rf = 0,083

Sedangkan untuk nilai λmak hasil percobaan kami antara 414,2-418,1 nm, maka kurkumin yang kami peroleh merupakan kurkumin bisdemetoksikurkumin.
5.2 Saran
Saran saya agar dipraktikum selanjutnya harus lebih baik dalam pelaksanaannya jangan seperti kali ini yang praktikumnya tidak diperoleh ekstrak kurkumin yang akan diuji titik leburnya. Selanjutnya masalah waktu praktikum mohon diatur lebih baik agar praktikumnya tidak terlalu lama. Kemudian untuk tujuan mohon ditentukan bersama dengan asistennya agar pembahasan kita sama. Saran saya yang terakhir mohon penjelasan mekanisme reaksi saya dibenarkan. Terima kasih….^_^ 
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika indonesia. Bogor: penerbit Institut Pertanian Bogor.
Anonimous, 2011, google.com_soxhlet, diakses tanggal 07 April 2011.
Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli, 2009, Curcuminoid and essential oil components of turmeric at different stages of growth cultivated in, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Isfahan University of Medical Sciences, Isfahan, IR.Iran.
Blog Kita, 2009, Google.com_blog kita_rotary evaporator, diakses tanggal 06 April 2011.
Eramedia Tim, 2008, Kamus Pintar Kimia, Yogyakarta: Eramedia.
Gómez-estaca J., m.p. Balaguer, r. Gavara, p. Hernández-muñoz, 2010, Nanoencapsulation of the functional food ingredient Curcumin by electrohydrodynamic atomization Instituto de agroquímica y tecnología de alimentos, csic, apdo. Correos 73, 46100 Burjassot, valencia, spain.
Hendra A. 1989. Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologis. Bogor : IPB Press.
Khopkar S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.
Mishra, Parashuram, 2009, Isolation, spectroscopic characterization and molecular modeling studies of mixture of curcuma longa, ginger and seeds of fenugreek Department of Chemistry,University of Delhi,Delhi-110007,India.
Mulyono, 2008, Kamus Kimia, Jakarta: Bumi Aksara.
Rickwood D. 1984. Centrifugation : a practical approach. Washington DC : IRL Press.
Setyowati Rahayu, Suparni, 2009, Chem-is-try.org_ekstraksi, diakses tanggal 11 April 2011.
Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005,Curcumin: The story so far Cancer Biomarkers and Prevention Group, Department of Cancer Studies and Molecular Medicine, University of Leicester, Leicester Royal Infirmary, Leicester LE2 7LX, UK.
Simay Çıkrıkçı, Erkan Mozioglu, Hasibe Yılmaz, 2008, Biological Activity of Curcuminoids Isolated from Curcuma longa TÜB_TAK, UME, Group of Chemistry, Gebze-Kocaeli, Türkiye.
Singh, Wahajuddin and Jain G. K., 2010, Extraction using LC–MS/MS with Electrospray Ionization:nAssay Development, Validation and Application to Pharmacokinetic Study Pharmacokinetics and Metabolism Division, Central Drug Research Institute, Council of Scientifi c and Industrial Research (CSIR), Lucknow 226001, Uttar Pradesh, India.
Underwood AL. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Sofian, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Wahyuni, Hardjono,dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav, 2004 Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit, Yogyakarta: Jurusan Teknik Kimia, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Zulfikar, 2011, chem-is-try.org_sentrifugasi, diakses tanggal 06 April 2011.


LAMPIRAN 1
Skema Kerja
Persiapan Sampel

Dicuci dengan air
Ditiriskan
Dipotong kecil-kecil
Dikeringkan di dalam oven suhu 70oC ±1 jam


Ditimbang
Dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring
Dimasukkan dalam ekstraktor soxhlet
Labu alas bulat pada ekstraktor diisi dengan etanol 96% sampai 2/3 volume labu
Dirangkai ekstraktor soxhlet
Diekstraksi hingga 5-6 kali sirkulasi (sampai ekstrak pekat)



Diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator
hingga volume ekstrak tersisa sekitar 15 ml
Dimasukkan dalam desikator




Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT



Dipotong ukuran 5 x 10 cm - Dipipet 4,5 ml kloroform
Ditandai dengan pensil 1,5 cm - Dipipet 4,5 ml toluen
dari batas bawah 0,5 cm dari batas atas - Dipipet 20 tetes etanol
96% setara 1 ml



Ditotolkan ekstrak hasil ekstraksi pada
garis bawah plat KLT


Plat KLT dimasukkan dalam bejana pengembang
Plat KLT diambil setelah spot terelusi sampai batas atas plat KLT
Dikeringkan di udara
Diukur nilai Rf
dari masing-masing spot
Spot dikerok
Diulangi 3 kali, dikerok untuk spot yang nilai Rf-Nya sama
Digabungkan
Dilarutkan dalam etanol
Disentrifugasi


Diamati dengan Spektrofotometer UV-Vis
Sebagian diuapkan pelarutnya (kristalisasi)

Ditentukan titik leburnya
Dicatat hasilnya
LAMPIRAN 2
Tabel MSDS

LAMPIRAN 3
Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Data Pengamatan
A. Persiapan Sampel
1. Dicuci kunyit sampai bersih Agar bersih dan tidak tercampur dengan pengotornya
2. Dikupas Agar bersih dan untuk memperluas permukaan kunyit
3. Diiris tipis-tipis Untuk memperluas permukaan
Agar mendapat ekstrak yang lebih banyak
4. Dioven selama ± 1 jam Agar kunyit kering dan tidak mengandung kadar air berlebih
5. Ditimbang dengan neraca analitik Agar mendapat hasil yang valid karena merupakan uji kuantitatif
Massa = 19,526 gram
6. Dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring Agar ekstrak dapat terpisah antara ekstrak dengan ampasnya
7. Diekstrak dengan ekstraktor soxhlet Untuk mendapat ekstrak kurkumin pada kunyit
8. Diuapkan dengan rotary evaporator Warna merah bata menjadi agak pudar
Untuk memisahkan ekstrak dengan pelarutnya (etanol)
9. Didiamkan dalam desikator Terbentuk dua lapisan
Untuk menyerap sisa-sisa pelarut pada ekstrak kurkumin


B. Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT
Plat KLT Sebagai fase diamnya
1. Plat dipotong ukuran 5 x 10 cm Sebagai media untuk KLT Untuk menghemat plat
Plat untuk ekstrak cair 3 plat
Plat untuk ekstrak padat 3 plat
2. Ditandai dengan pensil 1,5 cm dari batas bawah 0,5 cm dari batas atas Agar mempermudah kita dalam pengamatan
Bejana pengembang Sebagai fase geraknya
3. Dipipet kloroform 4,5 ml
4. Dipipet toluen 4,5 ml
5. Dipipet etanol 20 tetes = 1 ml
6. Dicampur Sampai homogen (jenuh)
Agar dapat mengelusi eluen
Waktu yang dibutuhkan untuk menjenuhkan ± 1 jam
Perlakuan
7. Ditotolkan ekstrak kurkumin pada garis bawah plat KLT 4 kali totolan
Agar diperoleh ekstrak maksimal
8. Plat dimasukkan dalam bejana pengembang Untuk mengelusi eluen dalam fase diam (plat KLT)
9. Diambil setelah spot terelusi sampai batas atas plat KLT Eluen sudah tidak menunjukkan tanda kalau mengalami kenaikan eluen
Elusi sudah selesai
10. Dikeringkan di udara Untuk mempermudah dalam pengerokan spot
11. Diukur nilai Rf masing-masing spot Nilai terlampir pada lampiran
12. Ketiga spot dikerok Untuk diambil hasil elusi yaitu berupa eluen
13. Digabungkan dalam tabung reaksi kecil Untuk mendapat eluen yang maksimal
Dimasukkan dalam tabung reaksi kecil untuk mempermudah dalam pengerjaan selanjutnya
14. Dilarutkan dalam etanol Untuk melarutkan kurkumin hasil elusi
Eluen larut
15. Disentrifugasi Untuk mengendapkan pengotor yang masih berupa padatan
Padatan di bawah dan didapat cairan kekuningan
2000 rpm dalam 6 menit
16. Diamati dengan spektrofotometer UV-Vis Untuk mengetahui kurkumin yang terkandung dan senyawa lain juga pada praktikum kami
LAMPIRAN 4

Perhitungan Rf Ekstrak

Rf = (Jarak tempuh sampel)/(Jarak tempuh pelarut)


Ekstrak pekat
Plat KLT 1
Spot 3 → Rf = 2,3/5,6
= 0,411
Spot 2 → Rf = 1,6/5,6
= 0,214
Spot 1 → Rf = 0,6/5,6
= 0,107
Plat KLT 2
Spot 3 → Rf = 2,6/5,7
= 0,456
Spot 2 → Rf = 1,5/5,7
= 0,263
Spot 1 → Rf = 0,8/5,7
= 0,140







Plat KLT 3
Spot 3 → Rf = 2,6/5,9
= 0,441
Spot 2 → Rf = 1,4/5,9
= 0,237
Spot 1 → Rf = 0,7/5,9
= 0,119
Ekstrak cair
Plat KLT 1
Spot 3 → Rf = 2/5,6
= 0,357
Spot 2 → Rf = 1/5,6
= 0,179
Spot 1 → Rf = 0,5/5,6
= 0,09




Plat KLT 2
Spot 3 → Rf = 2/5
= 0,4
Spot 2 → Rf = 1/5
= 0,2
Spot 1 → Rf = 0,4/5
= 0,08
Plat KLT 3
Spot 3 → Rf = 2/4,8
= 0,417
Spot 2 → Rf = 1/4,8
= 0,208
Spot 1 → Rf = 0,4/4,8
= 0,083



LAMPIRAN 5
Mekanisme Reaksi antara Kurkumin dengan etanol

1 komentar:

  1. Maaf untuk penelitian ini boleh minta dlm bentuk pdf (beserta judul, instansi, & thn pembutan)? jadi bisa sy jadikan dftr pustaka. terima kasih.

    BalasHapus